Judul
buku : A taxonomy for learning,
teaching and assessing – a revision of bloom’s taxonomy of educational
objectives
Penulis : Lorin W. Anderson, David R
Krathwohl
BAB 1
PENDAHULUAN
RINGKASAN
K
|
ita manusia
mempunyai tujuan-tujuan hidup, dan tujuan-tujian hidup ini membantu kita
memfokuskan perhatian dan tindakan kita. Dalam bidang pendidikan, tujuan-tujuan
yang dirumuskan mengindikasikan apa yang kita ingin para siswa mempelajarinya.
Tujuan sangat penting dalam pengajaran, sebab pengajaran merupakan tindakan
yang sengaja dan beralasan.
Tujuan-tujuan
yang ditetapkan guru ini bisa bersifat eksplisit dan implisit, mudah dipahami
atau tersamar, mudah atau sulit di ukur. Bagaimana caranya agar kerangka pikir
ini dapat membantu guru-guru lebih memahami rumusan tujuan-tujuan tersebut?
Kerangka pikir ini harus berisikan kategori-kategori mengenai sebuah fenomena
tunggal. Ciri-ciri setiap kategori yang telah diklasifikasikan dalam kerangka
pikir itu akan membantu guru lebih memahami apa yang ditempatkan dalam
kategori-kategori tersebut.
Taksonomi adalah
sebuah kerangka piikir khusus. Dalam sebuah taksonomi, kategori-kategorinya merupakan
satu kontinum. Kontinum ini merupakan salah satu prinsip klasifikasi pokok
dalam taksonomi tersebut. Jikalau guru
menggunkan Tabel Taksonomi, mereka akan dapat secara lebih jelas melihat
tujuan-tujuan pembelajaran dan hubungan diantara tujuan-tujuan itu. Ringkasnya,
kerangka taksonomi pendidikan ini memang tak langsung menjelaskan manfaat
belajar kepada guru. Namun, dengan membantu mereka menerjemahkan
standar-standar pendidikan ke kalimat-kalimat sehari-hari selaras dengan apa
yang ingin mereka capai secara pribadi.
Setelah tujuan
pembelajaran ditulis di kotak dalam tabel Taksonomi, gruru dapat secara
sistematis membantu siswa mencapai tujuan tersebut. Selanjutnya, guru berurusan
dengan pertanyaan kedua perihal kurikulum. Guru, misalnya mempunyai dua tujuan
pembelajaran, yaitu :
1.
Siswa
belajar membedakan sistem pemerintah konfederasi, federasi dan kesatuan.
2.
Siswa
belajar membedakan bilangan rasional dan bilanagan irasional.
Ada dua poin
uang perlu dicatat disini. Pertama, jenis-jenis
tujuan pembelajaran yang berbeda yang membutuhkan
pendekatan-pendekatanpembelajaran yang berbeda pula, yakni aktivitas belajar
yang berbeda, materi pelajaran yang berbeda, dan peran-peran guru dan siswa
yang berbeda juga. Kedua, jenis-jenis
tujuan yang sama, terlepas dari perbedaan pokok bahasan atau mata pelajarannya
memerlukan pendekatan pembelajaran yang sama. Dua poin diatas juga berlaku pada
asemen. Untuk melakukan asemen terhadap kegiatan siswa dalam mempelajari
sistem-sistem bilanagan.
Dari ketiga
tahap tadi antara tujuan, pembelajaran dan asemen terdapat kesesuaian. Kesesuaian ini merupakan
tingkat korespondensi antara tujuan, pembelajaran dan asemen. Adapun
ketidaksesuaian antara tujuan, pembelajaran dan asemen yang dapat menimbulkan
masalah. Misalnya, jika pembelajaran yang sangat berkulaitas tidak akan
bermanfaat bagi siswa dalam mengerjakan asesmennya. Demikian juga, jika asesmen
tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran, hasil asesmennya tidak mencerminkan
pencapaiantujuan pembelajaran.
Taksonomi dapat
mebantu lebih memahami praktik pembelajaran dan membantu mengetahui apa saja
yang perlu ditingkatkan. Lebih jauh lagi, taksonomi ini menawarkan cara pikir
dan terminologi-terminologi untuk membahs pembelajaran sehingga memudahkan
mereka untuk berkomunikasi dengan sesama guru, denagn dosen LPTK, koordinator
kurikulum, ahli asesmen dan karyawan sekolah.
BAB 2
STRUKTUR, SPESIFIKASI, DAN TUJUAN
PROBLEMATIKA
RINGKASAN
M
|
odel tujuan dalam bidang pendidikan yang
paling banyak dipakai didasarkan pada model Ralph Tyler. Tyler berpendapat
bahwa "rumusan tujuan yang paling bermanfaat adalah rumusan yang
menunjukkan jenis perilaku yang diajarkan kepada siswa dan isi pembelajarannya yang menbuat siswa
menunjukkan perilaku itu".
Dalam literatur pendidikan, isi pembelajaran
kerap kali dibahs, tetapi jarang didefinisikan. Dalam konteks ini, isi
pembelajaran adalah pengetahuan semacam itu. Oleh karenanya, kami memakai
istilah pengetahuan (bukan isi) untuk
menunjukkan bahwa semua disiplin ilmu selalu berubah dan berkembang selaras
dengan konsensus-konsensus anyar yang diterima disiplin-disiplin tersebut.
Menurut Tyler, hasil pembelajaran yang
diharapkan adalah perubahn perilaku. Guru dapat mendeskripsikan perilaku yang
harus dimiliki siswa dan perilaku ini hanya dapat diketahui ketika terjadi
proses belajar. Sementara itu, psikologi behavorisme menjadi alat untuk
mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan. Pembelajaran, dalam konteks
psikologi behavorisme adalah pengkondisian dan pembentukan pola-pola stimulus
respons.
Pancaragam tujuan dalam bidag pendidikan dapat
digambarkan sebagai sebuah kontinum yang merentang dari tujuan yang sangat umum
ke tujuan yang sangat spesifik. Tujuan global merupakan hasil belajar yang
kompleks dan multifaset dan untuk mencapainya, dibutuhkan pembelajaran yang
lebih "serius" dan alokasi waktu yang lebih panjang. Tujuan global
berfungsi sebagai visi masa depan dan seruan yang tegas kepada para pembuat
kebijakn, pembuat kurikulum, guru an masyarakat luas. Tujuan global ini secara
sangat luas mengindikasikan apa yang dianggap penting dalam pendidikan yang
lebih baik.
Bagi guru tujuan global harus diperinci jadi
tujuan-tujuan yang lebih spesifik dan mengerucut dalam rencana dan praktik
mengajar.Kemudian ada tujuan instruksional, berfungsi untuk memfokuskan
pembelajaran dan ujian pada materi
pelajaran yang spesifik dan sempit yang dipelajari siswa pada waktu tertentu.
Tujuan global menjadi visi dan sering sekali, dasar untuk mendukung
program-program pendidikan. Di ujung lain dari kontinum ini, tujuan
instruksional bermanfaat untuk merencanakan pelajaran-pelajaran harian.
Pendeknya, penting bagi kita untuk membedakan
antara tujuan pendidikan dan aktivitas pembelajaran atau asesmen. Meskipun
tujuan, pembelajaran atau asesmen dapat membantu kita mengidentifikasi dan
memperjelas hasil-hasil belajar siswa yang diharapkan, tujuan endidikan menjadi
gamblang setelah aktivitas pembelajaran atau asesmen dinyatakan dalam kalimat
yang menerangkan aktivitas belajar siswa yang diinginkan.
Rumusan tujuan pendidikan mempunyai penggunaan
kosakata yang dilatari belakangi oleh penekanan peningkatan kualitas sekolah
dengan standar-standar pendidikan. Inti dari standardisasi pendidikan adalah
spesifikasi hasil dari hasil belajar siswa nasional pada mata pelajaran-mata
pelajaran tertentu disetiap tingkatan kelas. Walaupun terjadi perubahan
kosakata, istilah-istilah yang dipakai dalam standar nasional pendidikan masih
sesuai dengan tiga level tujuan: global, pendidikan, dan instruksional.
Kendati telah digunakan banyak pihak di
mana-mana, tujuan dalam bidang pendidikan memiliki keterbatasan dan konsekuensi
tertentu. Seperti tujuan global, tujuan pendidikan dikritik karena di pandang
masih bersifat terlalu umum sebagai panduan perencanaan pengajaran dan asesmen.
Tujuan-tujuan pendidikan tidak memberikan arahan yang spesifik yang dibutuhkan
guna untuk merencanakan, memeudahkan dan mengases pembelajaran siswa. Selain
itu, tujuan-tujuan pendidikan memb ri ruang kepada guru-guru untuk menafsirkan
dan memilih aspek-aspek dalam tujuan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan
dan kesiapan siswa mereka.
Aktivitas-aktivitas yang membuahkan hasil
belajar ekspresif merupakan proses belajar, tetapi apa yang ingin siswa
pelajari dengan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut tidak dapat dirumuskan
sebelumnya. Tujuan-tujuan ekspresif boleh jadi lebih tepat untuk sebagian
materi pelajaran dan merupakan proses-proses kognitif yang lebih kompleks.
Tujuan-tujuan ekspresif menjadi arah, bukan sasaran belajar. Sampai
batas-batas tertentu, semua tujuan ekspresif, dalam arti tak semua siswa
belajar sesuatu yang sama dengan tujuan instruksional yang sama pula.
Inti dari banyak kritik terhadap tujuan dalam
bidang pendidikan adalah tujuan itu sebenarnya mempresentasikan apa? Para
pengkritik juga mengatakan bahwa tingkat kemudahan dalam merumuskan tujuan
lebih jauh berbeda antara satu mata pelajaran dan mata pelajaran lain.
Merumuskan tujuan dalam pelajaran menulis kreatif, puisi, dan tafsir seni,
misalnya, tergolong sulit. Manakala diminta untuk merumuskan tujuan, guru-guru
pengampu mata pelajaran ini boleh jadi sekadar menuliskan tujuan-tujuan tingkat
rendah tyang mudah dirimuskan tetapi tak benar-benar mempresentasikan apa yang
penting untuk di pelajari siswa. Kesulitan memang inheren dari perumusan tujuan
dalam sebagian mata pelajaran dan dari upaya untuk membuat kesepakatan tujuan
dalam mata pelajaran lain. Akan tetapi, mengingat tujuan itu penting,
problematika tujuan ini harus diatasi, bukan dihindari.
BAB 4
DIMENSI PENGETAHUAN
RINGKASAN
P
|
erlu
diperhatikan bahwa siswa dapat dan sering menggunakan informasi yang tersedia
bagi mereka untuk mengkonstruksi makna yang tidak sesuai dengan realitas atau
konsep-konsep normatif yang telah diterima secara luas. Kami sadar sepenuhnya
bahwa siswa dan guru mengkonstruksi makna mereka sendiri dari
aktivitas-aktivitas pembelajaran dan peristiwa-peristiwa dikelas, dan bahwa
konstruksi-konstruksi mereka tentang materi pelajaran bisa berbeda dengan
konsep-konsep normatif dan autentik.
Berdasarkan
hasil riset-riset sains kognitif tentang perkembangan keahlian, cara pikir
ahli, dan pemecahan masalah para psikolog berpendapat bahwa pengetahuan adalah
sebuah domain yang spesifik dan kontekstual. Terdapat banyak jenis pengetahuan
dan lebih banyak lagi istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan
pengetahuan-pengetahuan tersebut. Sebagian istilah tersebut menggambarkan
pengetahuan-pengetahuan yang sangat berbeda, sedangkan sebagian istilah lainnya
sekadar labl-label yang berbeda untuk kategori pengetahuan yang sama.
Oleh karena
terdapat banyak istilah yang berbeda dan ketidaksepakatan pendapat perihal
banyak aspek dalam
dimensi
pengetahuan, sulit untuk membuat taksonomi pengetahuan yang mencakup seluruh
kompleksitas dasar pengetahuan sekaligus yang sederhana, praktis dan mudah
digunakan, dengan jumlah kategori yang ringkas.
Hasil riset
selanjutnya juga membuktikan bahwa banyak siswa tidak menghubungkan antara
fakta-fakta yang mereka pelajari dikelas dan sistem ide yang lebih luas yang
tercermin dalam pengetahuan seorang pakar disiplin ilmu tertentu. Salah satu
ciri seorang ahli atau pakar adaalh bahwa dia tak hanya mengetahui banyak hal
tentang disiplin ilmunya, tetapi juga pengetahuannya tertata secara sistematis
yang mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang materi kajiannya. Karenannya,
pada level empiris dan praktis, kami membedakan antara Pengetahuan Faktual dan Pengetahuan Konseptual. Perbedaan ini
mungkin tidak sesuai dengan model-model pemerolehan pengetahuan yang bersifat
psikologis formal, tetapi juga memandang perbedaan ini bermakan dan berguna
dalam pembelajaran dan asesmen di kelas.
Kemudian ada Pengetahuan Metakognitif meliputi pengetahuan tentang strategi umum
yang dapat dipakai untuk beragam tugas, kondisi-kondisi yang memungkinkan
pemakaian strategi, tingkat efektivitas strategi, dan pengetahuan diri. Pengetahuan
Metakognitif dapat mendorong mereka untuk mengubah pendekatan mereka
dlam merampungkan tugas yang tadi. Siswa juga mengrtahui situasi, kondisi da
budaya yang di butuhkan untuk menyelesaikan masalh dalam konteks tertentu. Pengetahuan Metakognitif ini dapat
mempengaruhi cara mereka mempersiapkan
diri dalam menghadapi tes.
Ada empat jenis
atau kategori pengetahuan, yaitu :
1. Pengetahuan
Faktual
Pengetahuan
faktual berisikan elemen-elemen
dasar yang harus diketahui siswa jika mereka akan mempelajari suatu disiplin
ilmu atau menyelesaikan masalah dalam disiplin ilmu tersebut. Dalam
klasifikasinya, pengetahuan faktual dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Pengetahuan tentang terminologi
b. Pengetahuan
tentang detail-detail dan
elemen-elemen yang spesifik
2. Pengetahuan
Konseptual
Pengetahuan
konseptual mencakup pengetahuan tentang kategori, klasifikasi dan hubungan antara
dua atau lebih kategori atau klasifikasi pengetahuan yang lebih kompleks dan
tertata. Pengetahuan Konseptual meliputi
skema, model mental atau teori yang implisit atau eksplisit dalam beragam model
psikologi kognitif. Pengetahuan konseptual ini merupakan salah satu aspek dari
apa yang disebut disciplinary knowledg,
yakni dengan cara ilmuwan yang memikirkan suatu fenomena dalam disiplin ilmunya
dalam contoh ini, penjelasan ilmu tentang perubahan musim. Pengetahuan Konseptual terdiri dari tiga subjek, yaitu : pengetahuan tentang klasifikasi dan
kategori, pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi dan pengetahuan tentang
teori, model dan struktur.
3. Pengetahuan
Prosedural
Pengetahuan
prosedural adalah "pengetahuan tentang cara" melakukan sesuatu. Pengetahuan Prosedural juga meliputi
pengetahuan tentang kriteria yang digunakan untuk menentukan kapan harus
menggunakan berbagai prosedur. Berkebalikan dengan Pengetahuan Metakognitif, Pengetahuan Prosedural khusus mengenai
mata pelajaran atau disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan
Prosedural dibagi menjadi 3 macam,
yaitu :
a. Pengetahuan
tentang keterampilan dalam bidang tertentu dan algoritme
b. Pengetahuan
tentang teknik dan metode dalam bidang tertentu.
c. Pengetahuan
Tentang kriteria untuk menentukan kapan harus menggunakan prosedur yang tepat.
4. Pengetahuan
Metakognitif
Pengetahuan Metakognitif adalah
pengetahuan tentang kognisi secara umum dan kesadaran akan, serta pengetahuan
tentang kognisi dir sendiri. Dalam artikel klasiknya tentang metakognisi, Flavell
menyatakan bahwa metakognisi mencakup pengetahuan tentang strategi, tugas dan
variabel-variabel person. Pengetahuan
Metakognitif dibagi menjadi 3, yaitu : Pengetahuan
Strategis, Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif, yang meliputi pengetahuan
kontekstual dan kondisional, Pengetahuan diri.
Mengases tujuan
pendidikan yang mencantumkan Pengetahuan
Meta kognitif ini unik karena tujuan tersebut mesti disertai dengan cara
pandang yang berbeda perihal apa yang dinamakan jawaban yang "benar".
Pada bab ini,
kami telah menjelaskan dan membahas empattipe pengetahuan: Faktual, Konseptual, Prosedural dan Metakognitif. Pengetahuan Faktual dan Pengetahuan Konseptual sangat
mirip dlam arti keduanya berkutat dengan pengetahuan tentang "apa",
tetapi Pengetahuan Konseptual lebih mendalam, tertata, integral dan sistemik
dari pada pengetahuan perihal terminologi dan fakta-fakta yang terpisah. Pengetahuan Prosedural pengetahuan
tentang "cara" melakukan sesuatu. Kemudian Pengetahuan Metakognitif adalah pengetahuan tentang kognisi.
BAB
10
RINGKASAN
Sketsa
Pembelajaran Penjumlahan
T
|
ujuan utama dari unit
pelajaran yang diajarkan selama tiga pekan ini adalah siswa mengingat kembali
penjumlahan bilangan-bilangan tanpa manipulasi. Tujuan-tujuan jangka panjangnya
adalah:
1)
Mengerti bahwa menghafal dapat dilakukan
secara lebih efisien.
2)
Memperoleh pengetahuan praktis tentang
berbagai strategi menghafal.
Akitivitas yang mengawali pengajaran unit ini dan
berlanngsung terus adalah menghafal fakta dalam kantong.
Untuk mengases perkembangan siswa, saya mengamati mereka,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencatat perubahan-perubahan hasil permainan
harian menit matematika majenun, dan menskor hasil kuis mingguan.
Fokusnya mengingat
pengetahuan faktual dan merupakan hasil akhir dari pembelajaran tiga pekan ini.
Fokus ini tampak dalam rumusan-rumusan tujuan dan asesmen-
asesmennya, penekananya
adalah memahami pengetahuan konseptual.
Utamanya karena aktivitas matematika majenun, sebagian
aktivitas pembelajaran yang berkaitan dengan tujuan utamanya berlangsung tiap
hari.
Ms Hoffman
menggunakan asesmen informal dan formal. Ia mengamati siswa- siswanya dan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan di kelas untuk mengumpulkan informasi tentang
cara-cara yang merreka pakai guna mengingat hasil-hasil penjumlahan.
Hanya ada sedikit ketidak sesuaian Ms Hoffman tidak
menggunakan asesmen formal untuk mengetahui bagaimana siswa memahami
pengetahuan metakognitif, tetapi ia secara informal mengakses bagaimana siswa
mendapatkan jawaban dan menarik kesimpulan.
1.
Apa hubungan antara memahami pengetahuan
konseptual dan mengingat pengetahuan faktual?
2.
Apakah asesmen langsung terhadap
memahami pengetahuan konseptual berguna untuk membedakan apa yang siswa pahami
dari apa yang siswa dapat lakukan ?
3.
Informasi apa yang diperoleh dari
asesmen langsung terhadap memahami pengetahuan metakognitif ?
BAB 14
Mengurai Masalah-masalah Pelik dalam
Pembelajaran di Kelas
RINGKASAN
D
|
alam sketsa pembelajaran undang-undang, guruny
menggabungkan pengajaran menulis persuasi kedalam unit pelajaran tentang dampak
pajak-pajak Raja George pada penduduk Amerika yang terjajah pada 1760-an dan
1770-an. Untuk menguasai Pengetahuan
Konseptual dan pengetahuan prosedural
yang mesti ada dalam tulisan persuasif, dalam menulis tajuk rencana, siswa Menganalisis, Mengevaluasi, dan Mencipta berdasarkan materi unit
pelajaran itu. Dengan perkataan lain aktivitas-aktivtas Menganalisis, Mengevaluasi, dan Mencipta
dimaksudkan agar siswa lebih Memahami.
Signifikansi penggunaan kategori-kategori
proses kognitif yang kompleks. Jikalau Mengingat,
memahami dan Mengaplikasikan acap
kali bertalian dengan jenis-jenis pengetahuan yang spesifik, Menganalisis, Mengevaluasi, dan Mencipta cenderung menjadi
kategori-kategori proses kognitif yang lebih umum. Penggunaan proses-proses
kognitif yang kompleks dalam aktivitas belajar bukanlah ide baru. Alasan ini
pun berlaku untuk Menganalisis dan Mencipta. Selain itu, karena keluasan
aplikabilitas proses-proses kognitif yang kompleks, proses-proses kognitif ini
menjadi kunci untuk mentransfer pembelajaran dan penyelesaian masalah. Salah
satu cara untuk secara langsung mengajarkan kategori-kategori proses kognitif
yang kompleks adalah menggunakan proses-proses kognitif ini dengan
Pengetahuan
Metakognitif siswa. Sebagai mana telah
kami sebutkan dalam bab 4 ini, Pengetahuan
Metakognitif lebih strategis
ketimbang jenis-jenis pengetahuan lainnya. Inti dari Pengetahuan Metakognitif adalah strategi analissi, strategi
evaluasi dan strategi mencipta. Awalnya, strategi-strategi ini noleh jadi perlu
di suntikkan dari luar, yakni diajarkan secara langsung oleh guru.
Manfaat tabel taksonomi. Tabel Taksonomi
memungkinkan kami memasukkan kategori-kategori proses kognitif yang kompleks
dalam pembelajaran di kelas. Lagi pula, Tabel Taksonomi menunjukkan pentingnya
mengkaji proses-proses kognitif yang kompleks dalam konteks pengetahuan.
Meskipun kami membahas proses-proses kognitif tanpa mengacu pada jenis
pengetahuannya, dalam kerangka pikir kami, proses-proses kognitif yang kompleks
tidak pernah diajarkan sebagai tujuan itu sendiri. Oleh karena semua kotak
Tabel Taksonomi menawarkan berbagai jawaban atas pertanyaan yang paling
mendasar dalam penyusunan kurikulum, yakni "Apa manfaat pembelajaran?
Pengetahuan dibagi menjadi 4 jenis,yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan prosedural,
pengetahuan konseptual dan
pengetahuan metakognitif. Perbedaan diantara keempat jenis pengetahuan itu
tidak sekadar masalah semantik. Bukti-bukti menunjukkan bahwa para pendidik
menggunakan beragam strategi pembelajaran untuk mengajarkan jenis-jenis
pengetahuan yang berbeda.
Pengetahuan
Faktual biasanya diajarkan dengan
mengulang-ulang. sebaliknya, sebagian subjenis Pengetahuan Konseptual sebaiknya diajarkan dengan membuat
contoh-contoh termasuk dalam kategori Pengetahuan
Konseptual dan yang bukan. Mengajarkan Pengetahuan
Prosedural kerap kali lebih efektif
jika siswa diberi atau diminta membuat diagram dan semacamnya. Pengetahuan Metakognitif acap kali
diajarkan dengan menekankan aktivitas untuk mengatur diri sendiri, dan Pengetahuan Metakognitif berkembang
dalam waktu yang lama, biasanya lebih dari satu semester. Mengubah metode pengajaran untuk satu jenis
pengetahuan ke metode pengajaran lain untuk jenis pengetahuan lain akan
membantu siswa mengembangkan proses-proses kognitif yang kompleks.
Acap kali, Pengetahuan
Faktual diingat, Pengetahuan Konseptual dipahami, dan Pengetahuan Prosedural diaplikasikan. Sehingga guru-guru yang
membuat rencana pembelajaran dengan tiga jenis pengetahuan. Sekarang kita
membicarakan tabel taksonomi. Tabel Taksonomi merupakan kerangka pikir yang
bermanfaat untuk menganalisis unit pelajaran atau mata pelajaran yang sedang
diajarkan atau menyusun rencana unit pelajaran atau mata pelajaran yang akan
diajarkan. Pada manfaat pertama, analisis memungkinkan guru menentukan mana
jenis tujuan yang ditekankan, mana tujuan yang sekadar "disinggung",
dan mana tujuan yang dihilangkan. Pada manfaat kedua, Tabel Taksonomi
memudahkan guru untuk menyusun unit pelajaran atau mata pelajaran sesuai dengan
filosofi guru, kelompok guru atau komunikasi yang lebih besar.
Aktivitas-aktivitas pembelajaran mempunyai
selain tujuan-tujuan kognitif, juga tujuan-tujuan efektif dan/atau psikomotor.
Kita dapat mengkaji mengapa sebagian guru menyamakan tujuan dengan aktivitas
pembelajaran. Kami mendapati setidaknya tiga alasan. Pertama, dengan kecerendungan baru yang menekankan pada asesmen performa,
guru memandang performa sebagai tujuan. Alasan Kedua, sebagian guru menyamakan tujuan dengan aktivitas
pembelajaran adalah aktivitas-aktivitas yang dapat diamati memungkinkan guru
mengakses perkembangan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan unit pelajaran ketika
unit diajarkan. Alasan Ketiga, memang
tidak ada perbedaan antara tujuandan aktivitas pembelajaran. Sebagian guru
berpendapat bahwa aktivitas-aktivitas pendidikan mempunyai manfaat.
Kita perlu membedakan antara aktivitas dan
tujuan pembelajaran. Perbedaan antar aktivitas dan tujuan pembelajarn ini
penting. Aktivitas-aktivitas pembelajaran dapat diamati dan diceritakan,
sementara pembelajaran tidak dapat diamati dan karenanya perlu dibuat
kesimpulan tentangnya.Aktivitas-aktivitas pembelajaran memberi petunjuk untuk
menempatkan tujuan-tujuan pembelajaran secara tepat dalam Tabel Taksonomi.
Pembelajaran juga memiliki asesmen-asesmen.
Perbedaan teoritis antar asesmen formatif dan asesen sumatif tersebut, dala
praktik pelaksanaannya, kedua asesmen ini juga berbeda. Asesmen formatif
memberi informasi yang dibutuhkan guru dan siswa ketika unit pelajarannya
diajarkan: bagi siswa, bagaimana cara mencapai tujuannya, dan bagi guru,
keputusan pembelajaran apa yang harus dibuat. Sedangkan asesmen sumatif memberi
data-data yang guru butuhkan untuk menentukan dan menjustifikasi nilai-nilai
siswa. Oleh karena keputusan-keputusan ini "lebih penting" bagi
individu siswa, data-datanya harus memiliki kualitas teknis yang tinggi.
Apabila asesmen formatif berkaitan dengan asesmen sumatif, siswa lebih mampu
menyelesaikan asesmen sumatif.
Secara umum, Tabel Taksonomi lebih relevan
dengan asesmen sumatif ketimbang asesmen formatif, kecuali asesmen yang serupa
sumatif digunakan untuk tujuan-tujuan asesmen formatif. Banyak guru yang
menulis sketsa pembelajaran di atas berjibaku dengan asesmen-asesmen eksternal.
Kita perlu memerhatikan asesmen eksternal sebagian karena
konsekuensi-konsekuensi pentingnya bagi siswa, guru dan karyawan
sekolah.Singkatnya, asesmen eksternal telah menjadi jalan hidup siswa, guru dan
karyawan sekolah. Manakala menghadapi asesmen eksternal, guru sebaiknya
menyoapkan dua tabel taksonomi: pertama,
untuk merumuskan tujuan-tujuan untuk pembelajaran dan kedua, untuk menghadapi asesmen eksternal.
Asesmen dan tujuan juga harus di sesuaikan.
Asesmen dan tujuan memang sengaja digunakan sebagai sub-judul bagian ini dengan
alasan yang kuat. Akan tetapi, kami mendapati bahwa guru-guru kerap kali berada
dalam situasi yang mengharuskan mereka menyesuaikan tujuan-tujuan pembelajaran
mereka dengan asesmen-asesmen eksternal. ini pun berhubungan dengan Tabel
Taksonomi, karena Tabel Taksonomi merupakan dasar untuk mempelajari tujuan dan
asesmen.
Sekarang kita membahas tentang penyesuaian
aktivitas-aktivitas pembelajaran dengan asesmen-asesmen. Seperti telah
disebutkan terdahulu, aktivitas-aktivitas pembelajaran dan tugas-tugas asesmen
bisa identik dalam hal subsansi dan bentuknya. AKtivitas pembelajaran dan tugas
asesmen mempunyai fungsi-fungsi pokok yang berbeda. Manakala tugas-tugas
asesmen dan aktivitas-aktivitas pembelajarannya tidak bersesuaian, guru tidak
dapat memprediksi efektivitas aktivitas-aktivitas pembelajarannya yang tepat.
Untuk Tabel Taksonomi disini sangatlah bermanfaat sebagai alat analisis. Dalam
asesmen yang lebih tradisional, penempatan sebuah tujuan secara tepat dalam
Tabel Taksonomi akan memberi petunjuk tentang tugas-tugas asesmen yang sesuai
dengan tujuan tersebut.
Barangkali anda berpikiran bahwa bila asesmen
sesuai dengan tujuan dan aktivitas-aktivitas pembelajaran sesuai dengan
asesmen, aktivitas-aktivitas pembelajarannya otomatis sesuai dengan tujuannya.
Biasanya memang demikian, tetapi tidak selalu. Kemudian penyesuaian aktivitas
dengan tujuan. Kesimpulan akhir menegaskan pentingnya mengecek kembali
kesesuaian antara aktivitas dan tujuan. Bahwa dengan pengecekan terakhir ini
dapat mengidentifikasi aktivitas-aktivitas pembelajaran yang tidak berkaitan
atau kurang berkaitan dengan tujuan-tujuan unit pelajarannya. Kita harus
mengetahui fungsi aktivitas-aktivitas pembelajaran dalam unit pelajaran sangat
penting untuk menentukan aktivitas-aktivitas yang sepertinya tidak relevan
tetapi memiliki fungsi-fungsi khusus yang tidak tergambar dalam Tabel
Taksonomi.
Kometar akhir adalah bahwa kerangka pikir yang
bermanfaat bagi guru ialah kerangka pikir yang memudahkan mereka menerjemahkan
tujuan-tujuan yang abstrak jadi strategi-strategi pengajaran dan kemudian jadi
aktivitas-aktivitas pembelajaran konkret yang membantu siswa mencapai
tujuan-tujuan tersebut. Ciri penting dari Handbook
ini adalah penggunaan format tes pilihan ganda secara ekstensif untuk setiap
kategori taksonomi. Semua kerangka pikir, termasuk taksonomi pendidikan ini,
merupakan abstraksi realitas dan menyederhanakan realitas untuk memudahkan kita
memahami keteraturan dibalik realitas tersebut. Namun, taksonomi pendidikan ini
menjadi sebuah perkecualianlangka dan masih banyak bagian dari Handbook ini yang perlu dipertahankan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar