Minggu, 18 Mei 2014


Judul buku      : A taxonomy for learning, teaching and                      assessing – a revision of bloom’s                                taxonomy of educational objectives
Penulis             : Lorin W. Anderson, David R Krathwohl




BAB 1
PENDAHULUAN


RINGKASAN



K
ita manusia mempunyai tujuan-tujuan hidup, dan tujuan-tujian hidup ini membantu kita memfokuskan perhatian dan tindakan kita. Dalam bidang pendidikan, tujuan-tujuan yang dirumuskan mengindikasikan apa yang kita ingin para siswa mempelajarinya. Tujuan sangat penting dalam pengajaran, sebab pengajaran merupakan tindakan yang sengaja dan beralasan.
Tujuan-tujuan yang ditetapkan guru ini bisa bersifat eksplisit dan implisit, mudah dipahami atau tersamar, mudah atau sulit di ukur. Bagaimana caranya agar kerangka pikir ini dapat membantu guru-guru lebih memahami rumusan tujuan-tujuan tersebut? Kerangka pikir ini harus berisikan kategori-kategori mengenai sebuah fenomena tunggal. Ciri-ciri setiap kategori yang telah diklasifikasikan dalam kerangka pikir itu akan membantu guru lebih memahami apa yang ditempatkan dalam kategori-kategori tersebut.                                              
Taksonomi adalah sebuah kerangka piikir khusus. Dalam sebuah taksonomi, kategori-kategorinya merupakan satu kontinum. Kontinum ini merupakan salah satu prinsip klasifikasi pokok dalam taksonomi tersebut.  Jikalau guru menggunkan Tabel Taksonomi, mereka akan dapat secara lebih jelas melihat tujuan-tujuan pembelajaran dan hubungan diantara tujuan-tujuan itu. Ringkasnya, kerangka taksonomi pendidikan ini memang tak langsung menjelaskan manfaat belajar kepada guru. Namun, dengan membantu mereka menerjemahkan standar-standar pendidikan ke kalimat-kalimat sehari-hari selaras dengan apa yang ingin mereka capai secara pribadi.
Setelah tujuan pembelajaran ditulis di kotak dalam tabel Taksonomi, gruru dapat secara sistematis membantu siswa mencapai tujuan tersebut. Selanjutnya, guru berurusan dengan pertanyaan kedua perihal kurikulum. Guru, misalnya mempunyai dua tujuan pembelajaran, yaitu :
1.      Siswa belajar membedakan sistem pemerintah konfederasi, federasi dan kesatuan.
2.      Siswa belajar membedakan bilangan rasional dan bilanagan irasional.
Ada dua poin uang perlu dicatat disini. Pertama, jenis-jenis tujuan pembelajaran yang berbeda yang membutuhkan pendekatan-pendekatanpembelajaran yang berbeda pula, yakni aktivitas belajar yang berbeda, materi pelajaran yang berbeda, dan peran-peran guru dan siswa yang berbeda juga. Kedua, jenis-jenis tujuan yang sama, terlepas dari perbedaan pokok bahasan atau mata pelajarannya memerlukan pendekatan pembelajaran yang sama. Dua poin diatas juga berlaku pada asemen. Untuk melakukan asemen terhadap kegiatan siswa dalam mempelajari sistem-sistem bilanagan.
Dari ketiga tahap tadi antara tujuan, pembelajaran dan asemen  terdapat kesesuaian. Kesesuaian ini merupakan tingkat korespondensi antara tujuan, pembelajaran dan asemen. Adapun ketidaksesuaian antara tujuan, pembelajaran dan asemen yang dapat menimbulkan masalah. Misalnya, jika pembelajaran yang sangat berkulaitas tidak akan bermanfaat bagi siswa dalam mengerjakan asesmennya. Demikian juga, jika asesmen tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran, hasil asesmennya tidak mencerminkan pencapaiantujuan pembelajaran.
Taksonomi dapat mebantu lebih memahami praktik pembelajaran dan membantu mengetahui apa saja yang perlu ditingkatkan. Lebih jauh lagi, taksonomi ini menawarkan cara pikir dan terminologi-terminologi untuk membahs pembelajaran sehingga memudahkan mereka untuk berkomunikasi dengan sesama guru, denagn dosen LPTK, koordinator kurikulum, ahli asesmen dan karyawan sekolah.



BAB 2
STRUKTUR, SPESIFIKASI, DAN TUJUAN PROBLEMATIKA



RINGKASAN 


M
odel tujuan dalam bidang pendidikan yang paling banyak dipakai didasarkan pada model Ralph Tyler. Tyler berpendapat bahwa "rumusan tujuan yang paling bermanfaat adalah rumusan yang menunjukkan jenis  perilaku yang diajarkan kepada siswa dan isi pembelajarannya yang menbuat siswa menunjukkan perilaku itu".
Dalam literatur pendidikan, isi pembelajaran kerap kali dibahs, tetapi jarang didefinisikan. Dalam konteks ini, isi pembelajaran adalah pengetahuan semacam itu. Oleh karenanya, kami memakai istilah pengetahuan (bukan isi) untuk menunjukkan bahwa semua disiplin ilmu selalu berubah dan berkembang selaras dengan konsensus-konsensus anyar yang diterima disiplin-disiplin tersebut.
Menurut Tyler, hasil pembelajaran yang diharapkan adalah perubahn perilaku. Guru dapat mendeskripsikan perilaku yang harus dimiliki siswa dan perilaku ini hanya dapat diketahui ketika terjadi proses belajar. Sementara itu, psikologi behavorisme menjadi alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan. Pembelajaran, dalam konteks psikologi behavorisme adalah pengkondisian dan pembentukan pola-pola stimulus respons.
Pancaragam tujuan dalam bidag pendidikan dapat digambarkan sebagai sebuah kontinum yang merentang dari tujuan yang sangat umum ke tujuan yang sangat spesifik. Tujuan global merupakan hasil belajar yang kompleks dan multifaset dan untuk mencapainya, dibutuhkan pembelajaran yang lebih "serius" dan alokasi waktu yang lebih panjang. Tujuan global berfungsi sebagai visi masa depan dan seruan yang tegas kepada para pembuat kebijakn, pembuat kurikulum, guru an masyarakat luas. Tujuan global ini secara sangat luas mengindikasikan apa yang dianggap penting dalam pendidikan yang lebih baik.
Bagi guru tujuan global harus diperinci jadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik dan mengerucut dalam rencana dan praktik mengajar.Kemudian ada tujuan instruksional, berfungsi untuk memfokuskan pembelajaran  dan ujian pada materi pelajaran yang spesifik dan sempit yang dipelajari siswa pada waktu tertentu. Tujuan global menjadi visi dan sering sekali, dasar untuk mendukung program-program pendidikan. Di ujung lain dari kontinum ini, tujuan instruksional bermanfaat untuk merencanakan pelajaran-pelajaran harian.
Pendeknya, penting bagi kita untuk membedakan antara tujuan pendidikan dan aktivitas pembelajaran atau asesmen. Meskipun tujuan, pembelajaran atau asesmen dapat membantu kita mengidentifikasi dan memperjelas hasil-hasil belajar siswa yang diharapkan, tujuan endidikan menjadi gamblang setelah aktivitas pembelajaran atau asesmen dinyatakan dalam kalimat yang menerangkan aktivitas belajar siswa yang diinginkan.
Rumusan tujuan pendidikan mempunyai penggunaan kosakata yang dilatari belakangi oleh penekanan peningkatan kualitas sekolah dengan standar-standar pendidikan. Inti dari standardisasi pendidikan adalah spesifikasi hasil dari hasil belajar siswa nasional pada mata pelajaran-mata pelajaran tertentu disetiap tingkatan kelas. Walaupun terjadi perubahan kosakata, istilah-istilah yang dipakai dalam standar nasional pendidikan masih sesuai dengan tiga level tujuan: global, pendidikan, dan instruksional. 
Kendati telah digunakan banyak pihak di mana-mana, tujuan dalam bidang pendidikan memiliki keterbatasan dan konsekuensi tertentu. Seperti tujuan global, tujuan pendidikan dikritik karena di pandang masih bersifat terlalu umum sebagai panduan perencanaan pengajaran dan asesmen. Tujuan-tujuan pendidikan tidak memberikan arahan yang spesifik yang dibutuhkan guna untuk merencanakan, memeudahkan dan mengases pembelajaran siswa. Selain itu, tujuan-tujuan pendidikan memb ri ruang kepada guru-guru untuk menafsirkan dan memilih aspek-aspek dalam tujuan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan siswa mereka.
Aktivitas-aktivitas yang membuahkan hasil belajar ekspresif merupakan proses belajar, tetapi apa yang ingin siswa pelajari dengan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut tidak dapat dirumuskan sebelumnya. Tujuan-tujuan ekspresif boleh jadi lebih tepat untuk sebagian materi pelajaran dan merupakan proses-proses kognitif yang lebih kompleks. Tujuan-tujuan ekspresif menjadi arah, bukan sasaran belajar. Sampai batas-batas tertentu, semua tujuan ekspresif, dalam arti tak semua siswa belajar sesuatu yang sama dengan tujuan instruksional yang sama pula.
Inti dari banyak kritik terhadap tujuan dalam bidang pendidikan adalah tujuan itu sebenarnya mempresentasikan apa? Para pengkritik juga mengatakan bahwa tingkat kemudahan dalam merumuskan tujuan lebih jauh berbeda antara satu mata pelajaran dan mata pelajaran lain. Merumuskan tujuan dalam pelajaran menulis kreatif, puisi, dan tafsir seni, misalnya, tergolong sulit. Manakala diminta untuk merumuskan tujuan, guru-guru pengampu mata pelajaran ini boleh jadi sekadar menuliskan tujuan-tujuan tingkat rendah tyang mudah dirimuskan tetapi tak benar-benar mempresentasikan apa yang penting untuk di pelajari siswa. Kesulitan memang inheren dari perumusan tujuan dalam sebagian mata pelajaran dan dari upaya untuk membuat kesepakatan tujuan dalam mata pelajaran lain. Akan tetapi, mengingat tujuan itu penting, problematika tujuan ini harus diatasi, bukan dihindari.





BAB 4
DIMENSI PENGETAHUAN


RINGKASAN



P
erlu diperhatikan bahwa siswa dapat dan sering menggunakan informasi yang tersedia bagi mereka untuk mengkonstruksi makna yang tidak sesuai dengan realitas atau konsep-konsep normatif yang telah diterima secara luas. Kami sadar sepenuhnya bahwa siswa dan guru mengkonstruksi makna mereka sendiri dari aktivitas-aktivitas pembelajaran dan peristiwa-peristiwa dikelas, dan bahwa konstruksi-konstruksi mereka tentang materi pelajaran bisa berbeda dengan konsep-konsep normatif dan autentik.
Berdasarkan hasil riset-riset sains kognitif tentang perkembangan keahlian, cara pikir ahli, dan pemecahan masalah para psikolog berpendapat bahwa pengetahuan adalah sebuah domain yang spesifik dan kontekstual. Terdapat banyak jenis pengetahuan dan lebih banyak lagi istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan pengetahuan-pengetahuan tersebut. Sebagian istilah tersebut menggambarkan pengetahuan-pengetahuan yang sangat berbeda, sedangkan sebagian istilah lainnya sekadar labl-label yang berbeda untuk kategori pengetahuan yang sama.
Oleh karena terdapat banyak istilah yang berbeda dan ketidaksepakatan pendapat perihal banyak aspek dalam

dimensi pengetahuan, sulit untuk membuat taksonomi pengetahuan yang mencakup seluruh kompleksitas dasar pengetahuan sekaligus yang sederhana, praktis dan mudah digunakan, dengan jumlah kategori yang ringkas.  
Hasil riset selanjutnya juga membuktikan bahwa banyak siswa tidak menghubungkan antara fakta-fakta yang mereka pelajari dikelas dan sistem ide yang lebih luas yang tercermin dalam pengetahuan seorang pakar disiplin ilmu tertentu. Salah satu ciri seorang ahli atau pakar adaalh bahwa dia tak hanya mengetahui banyak hal tentang disiplin ilmunya, tetapi juga pengetahuannya tertata secara sistematis yang mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang materi kajiannya. Karenannya, pada level empiris dan praktis, kami membedakan antara Pengetahuan Faktual  dan  Pengetahuan Konseptual. Perbedaan ini mungkin tidak sesuai dengan model-model pemerolehan pengetahuan yang bersifat psikologis formal, tetapi juga memandang perbedaan ini bermakan dan berguna dalam pembelajaran dan asesmen di kelas.
Kemudian ada Pengetahuan Metakognitif  meliputi pengetahuan tentang strategi umum yang dapat dipakai untuk beragam tugas, kondisi-kondisi yang memungkinkan pemakaian strategi, tingkat efektivitas strategi, dan pengetahuan diri. Pengetahuan  Metakognitif dapat mendorong mereka untuk mengubah pendekatan mereka dlam merampungkan tugas yang tadi. Siswa juga mengrtahui situasi, kondisi da budaya yang di butuhkan untuk menyelesaikan masalh dalam konteks tertentu. Pengetahuan Metakognitif ini dapat mempengaruhi  cara mereka mempersiapkan diri dalam menghadapi tes.
Ada empat jenis atau kategori pengetahuan, yaitu :
1. Pengetahuan Faktual                    
Pengetahuan faktual berisikan      elemen-elemen dasar yang harus diketahui siswa jika mereka akan mempelajari suatu disiplin ilmu atau menyelesaikan masalah dalam disiplin ilmu tersebut. Dalam klasifikasinya, pengetahuan faktual dibagi menjadi 2, yaitu :
a.   Pengetahuan tentang terminologi
b. Pengetahuan tentang detail-detail                                  dan elemen-elemen yang spesifik
2. Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan konseptual mencakup pengetahuan tentang kategori, klasifikasi dan hubungan antara dua atau lebih kategori atau klasifikasi pengetahuan yang lebih kompleks dan tertata. Pengetahuan Konseptual meliputi skema, model mental atau teori yang implisit atau eksplisit dalam beragam model psikologi kognitif. Pengetahuan konseptual ini merupakan salah satu aspek dari apa yang disebut disciplinary knowledg, yakni dengan cara ilmuwan yang memikirkan suatu fenomena dalam disiplin ilmunya dalam contoh ini, penjelasan ilmu tentang perubahan musim. Pengetahuan Konseptual  terdiri dari tiga subjek, yaitu : pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi dan pengetahuan tentang teori, model dan struktur.
3. Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan prosedural adalah "pengetahuan tentang cara" melakukan sesuatu. Pengetahuan Prosedural juga meliputi pengetahuan tentang kriteria yang digunakan untuk menentukan kapan harus menggunakan berbagai prosedur. Berkebalikan dengan Pengetahuan Metakognitif, Pengetahuan Prosedural khusus mengenai mata pelajaran atau disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan Prosedural  dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
a. Pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentu dan algoritme
b. Pengetahuan tentang teknik dan metode dalam bidang tertentu.
c. Pengetahuan Tentang kriteria untuk menentukan kapan harus menggunakan prosedur yang tepat.
4. Pengetahuan Metakognitif
Pengetahuan Metakognitif adalah pengetahuan tentang kognisi secara umum dan kesadaran akan, serta pengetahuan tentang kognisi dir sendiri. Dalam artikel klasiknya tentang metakognisi, Flavell menyatakan bahwa metakognisi mencakup pengetahuan tentang strategi, tugas dan variabel-variabel person. Pengetahuan Metakognitif dibagi menjadi 3, yaitu : Pengetahuan Strategis, Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif, yang meliputi pengetahuan kontekstual dan kondisional, Pengetahuan diri.
Mengases tujuan pendidikan yang mencantumkan Pengetahuan Meta kognitif ini unik karena tujuan tersebut mesti disertai dengan cara pandang yang berbeda perihal apa yang dinamakan jawaban yang "benar".
Pada bab ini, kami telah menjelaskan dan membahas empattipe pengetahuan: Faktual, Konseptual, Prosedural dan Metakognitif. Pengetahuan Faktual dan  Pengetahuan Konseptual sangat mirip dlam arti keduanya berkutat dengan pengetahuan tentang "apa", tetapi Pengetahuan Konseptual  lebih mendalam, tertata, integral dan sistemik dari pada pengetahuan perihal terminologi dan fakta-fakta yang terpisah. Pengetahuan Prosedural pengetahuan tentang "cara" melakukan sesuatu. Kemudian Pengetahuan Metakognitif adalah pengetahuan tentang kognisi.





BAB 10

RINGKASAN

Sketsa Pembelajaran Penjumlahan
T
ujuan utama dari unit pelajaran yang diajarkan selama tiga pekan ini adalah siswa mengingat kembali penjumlahan bilangan-bilangan tanpa manipulasi. Tujuan-tujuan jangka panjangnya adalah:
1)      Mengerti bahwa menghafal dapat dilakukan secara lebih efisien.
2)      Memperoleh pengetahuan praktis tentang berbagai strategi menghafal.
            Akitivitas yang mengawali pengajaran unit ini dan berlanngsung terus adalah menghafal fakta dalam kantong.
            Untuk mengases perkembangan siswa, saya mengamati mereka, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencatat perubahan-perubahan hasil permainan harian menit matematika majenun, dan menskor hasil kuis mingguan.
            Fokusnya mengingat pengetahuan faktual dan merupakan hasil akhir dari pembelajaran tiga pekan ini. Fokus ini tampak dalam rumusan-rumusan tujuan dan asesmen-



asesmennya, penekananya adalah memahami pengetahuan konseptual.
            Utamanya karena aktivitas matematika majenun, sebagian aktivitas pembelajaran yang berkaitan dengan tujuan utamanya berlangsung tiap hari.
            Ms Hoffman menggunakan asesmen informal dan formal. Ia mengamati siswa- siswanya dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan di kelas untuk mengumpulkan informasi tentang cara-cara yang merreka pakai guna mengingat hasil-hasil penjumlahan.
            Hanya ada sedikit ketidak sesuaian Ms Hoffman tidak menggunakan asesmen formal untuk mengetahui bagaimana siswa memahami pengetahuan metakognitif, tetapi ia secara informal mengakses bagaimana siswa mendapatkan jawaban dan menarik kesimpulan.
1.      Apa hubungan antara memahami pengetahuan konseptual dan mengingat pengetahuan faktual?
2.      Apakah asesmen langsung terhadap memahami pengetahuan konseptual berguna untuk membedakan apa yang siswa pahami dari apa yang siswa dapat lakukan ?
3.      Informasi apa yang diperoleh dari asesmen langsung terhadap memahami pengetahuan metakognitif ?



BAB 14
Mengurai Masalah-masalah Pelik dalam Pembelajaran di Kelas


RINGKASAN


D
alam sketsa pembelajaran undang-undang, guruny menggabungkan pengajaran menulis persuasi kedalam unit pelajaran tentang dampak pajak-pajak Raja George pada penduduk Amerika yang terjajah pada 1760-an dan 1770-an. Untuk menguasai Pengetahuan Konseptual dan pengetahuan prosedural yang mesti ada dalam tulisan persuasif, dalam menulis tajuk rencana, siswa Menganalisis, Mengevaluasi, dan Mencipta berdasarkan materi unit pelajaran itu. Dengan perkataan lain aktivitas-aktivtas Menganalisis, Mengevaluasi, dan Mencipta dimaksudkan agar siswa lebih Memahami.
Signifikansi penggunaan kategori-kategori proses kognitif yang kompleks. Jikalau Mengingat, memahami dan Mengaplikasikan acap kali bertalian dengan jenis-jenis pengetahuan yang spesifik, Menganalisis, Mengevaluasi, dan Mencipta cenderung menjadi kategori-kategori proses kognitif yang lebih umum. Penggunaan proses-proses kognitif yang kompleks dalam aktivitas belajar bukanlah ide baru. Alasan ini pun berlaku untuk Menganalisis dan Mencipta. Selain itu, karena keluasan aplikabilitas proses-proses kognitif yang kompleks, proses-proses kognitif ini menjadi kunci untuk mentransfer pembelajaran dan penyelesaian masalah. Salah satu cara untuk secara langsung mengajarkan kategori-kategori proses kognitif yang kompleks adalah menggunakan proses-proses kognitif ini dengan
Pengetahuan Metakognitif siswa. Sebagai mana telah kami sebutkan dalam bab 4 ini, Pengetahuan Metakognitif   lebih strategis ketimbang jenis-jenis pengetahuan lainnya. Inti dari Pengetahuan Metakognitif adalah strategi analissi, strategi evaluasi dan strategi mencipta. Awalnya, strategi-strategi ini noleh jadi perlu di suntikkan dari luar, yakni diajarkan secara langsung oleh guru.
Manfaat tabel taksonomi. Tabel Taksonomi memungkinkan kami memasukkan kategori-kategori proses kognitif yang kompleks dalam pembelajaran di kelas. Lagi pula, Tabel Taksonomi menunjukkan pentingnya mengkaji proses-proses kognitif yang kompleks dalam konteks pengetahuan. Meskipun kami membahas proses-proses kognitif tanpa mengacu pada jenis pengetahuannya, dalam kerangka pikir kami, proses-proses kognitif yang kompleks tidak pernah diajarkan sebagai tujuan itu sendiri. Oleh karena semua kotak Tabel Taksonomi menawarkan berbagai jawaban atas pertanyaan yang paling mendasar dalam penyusunan kurikulum, yakni "Apa manfaat pembelajaran?
Pengetahuan dibagi menjadi 4 jenis,yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan prosedural, pengetahuan konseptual dan pengetahuan metakognitif. Perbedaan diantara keempat jenis pengetahuan itu tidak sekadar masalah semantik. Bukti-bukti menunjukkan bahwa para pendidik menggunakan beragam strategi pembelajaran untuk mengajarkan jenis-jenis pengetahuan yang berbeda.
Pengetahuan Faktual biasanya diajarkan dengan mengulang-ulang. sebaliknya, sebagian subjenis Pengetahuan Konseptual sebaiknya diajarkan dengan membuat contoh-contoh termasuk dalam kategori Pengetahuan Konseptual dan yang bukan. Mengajarkan Pengetahuan Prosedural kerap  kali lebih efektif jika siswa diberi atau diminta membuat diagram dan semacamnya. Pengetahuan Metakognitif acap kali diajarkan dengan menekankan aktivitas untuk mengatur diri sendiri, dan Pengetahuan Metakognitif berkembang dalam waktu yang lama, biasanya lebih dari satu semester.  Mengubah metode pengajaran untuk satu jenis pengetahuan ke metode pengajaran lain untuk jenis pengetahuan lain akan membantu siswa mengembangkan proses-proses kognitif yang kompleks.
Acap kali, Pengetahuan Faktual diingat, Pengetahuan Konseptual dipahami, dan Pengetahuan Prosedural diaplikasikan. Sehingga guru-guru yang membuat rencana pembelajaran dengan tiga jenis pengetahuan. Sekarang kita membicarakan tabel taksonomi. Tabel Taksonomi merupakan kerangka pikir yang bermanfaat untuk menganalisis unit pelajaran atau mata pelajaran yang sedang diajarkan atau menyusun rencana unit pelajaran atau mata pelajaran yang akan diajarkan. Pada manfaat pertama, analisis memungkinkan guru menentukan mana jenis tujuan yang ditekankan, mana tujuan yang sekadar "disinggung", dan mana tujuan yang dihilangkan. Pada manfaat kedua, Tabel Taksonomi memudahkan guru untuk menyusun unit pelajaran atau mata pelajaran sesuai dengan filosofi guru, kelompok guru atau komunikasi yang lebih besar.
Aktivitas-aktivitas pembelajaran mempunyai selain tujuan-tujuan kognitif, juga tujuan-tujuan efektif dan/atau psikomotor. Kita dapat mengkaji mengapa sebagian guru menyamakan tujuan dengan aktivitas pembelajaran. Kami mendapati setidaknya tiga alasan. Pertama, dengan kecerendungan baru yang menekankan pada asesmen performa, guru memandang performa sebagai tujuan. Alasan Kedua, sebagian guru menyamakan tujuan dengan aktivitas pembelajaran adalah aktivitas-aktivitas yang dapat diamati memungkinkan guru mengakses perkembangan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan unit pelajaran ketika unit diajarkan. Alasan Ketiga, memang tidak ada perbedaan antara tujuandan aktivitas pembelajaran. Sebagian guru berpendapat bahwa aktivitas-aktivitas pendidikan mempunyai manfaat.  
Kita perlu membedakan antara aktivitas dan tujuan pembelajaran. Perbedaan antar aktivitas dan tujuan pembelajarn ini penting. Aktivitas-aktivitas pembelajaran dapat diamati dan diceritakan, sementara pembelajaran tidak dapat diamati dan karenanya perlu dibuat kesimpulan tentangnya.Aktivitas-aktivitas pembelajaran memberi petunjuk untuk menempatkan tujuan-tujuan pembelajaran secara tepat dalam Tabel Taksonomi.
Pembelajaran juga memiliki asesmen-asesmen. Perbedaan teoritis antar asesmen formatif dan asesen sumatif tersebut, dala praktik pelaksanaannya, kedua asesmen ini juga berbeda. Asesmen formatif memberi informasi yang dibutuhkan guru dan siswa ketika unit pelajarannya diajarkan: bagi siswa, bagaimana cara mencapai tujuannya, dan bagi guru, keputusan pembelajaran apa yang harus dibuat. Sedangkan asesmen sumatif memberi data-data yang guru butuhkan untuk menentukan dan menjustifikasi nilai-nilai siswa. Oleh karena keputusan-keputusan ini "lebih penting" bagi individu siswa, data-datanya harus memiliki kualitas teknis yang tinggi. Apabila asesmen formatif berkaitan dengan asesmen sumatif, siswa lebih mampu menyelesaikan asesmen sumatif.
Secara umum, Tabel Taksonomi lebih relevan dengan asesmen sumatif ketimbang asesmen formatif, kecuali asesmen yang serupa sumatif digunakan untuk tujuan-tujuan asesmen formatif. Banyak guru yang menulis sketsa pembelajaran di atas berjibaku dengan asesmen-asesmen eksternal. Kita perlu memerhatikan asesmen eksternal sebagian karena konsekuensi-konsekuensi pentingnya bagi siswa, guru dan karyawan sekolah.Singkatnya, asesmen eksternal telah menjadi jalan hidup siswa, guru dan karyawan sekolah. Manakala menghadapi asesmen eksternal, guru sebaiknya menyoapkan dua tabel taksonomi: pertama, untuk merumuskan tujuan-tujuan untuk pembelajaran dan kedua, untuk menghadapi asesmen eksternal.
Asesmen dan tujuan juga harus di sesuaikan. Asesmen dan tujuan memang sengaja digunakan sebagai sub-judul bagian ini dengan alasan yang kuat. Akan tetapi, kami mendapati bahwa guru-guru kerap kali berada dalam situasi yang mengharuskan mereka menyesuaikan tujuan-tujuan pembelajaran mereka dengan asesmen-asesmen eksternal. ini pun berhubungan dengan Tabel Taksonomi, karena Tabel Taksonomi merupakan dasar untuk mempelajari tujuan dan asesmen.
Sekarang kita membahas tentang penyesuaian aktivitas-aktivitas pembelajaran dengan asesmen-asesmen. Seperti telah disebutkan terdahulu, aktivitas-aktivitas pembelajaran dan tugas-tugas asesmen bisa identik dalam hal subsansi dan bentuknya. AKtivitas pembelajaran dan tugas asesmen mempunyai fungsi-fungsi pokok yang berbeda. Manakala tugas-tugas asesmen dan aktivitas-aktivitas pembelajarannya tidak bersesuaian, guru tidak dapat memprediksi efektivitas aktivitas-aktivitas pembelajarannya yang tepat. Untuk Tabel Taksonomi disini sangatlah bermanfaat sebagai alat analisis. Dalam asesmen yang lebih tradisional, penempatan sebuah tujuan secara tepat dalam Tabel Taksonomi akan memberi petunjuk tentang tugas-tugas asesmen yang sesuai dengan tujuan tersebut.
Barangkali anda berpikiran bahwa bila asesmen sesuai dengan tujuan dan aktivitas-aktivitas pembelajaran sesuai dengan asesmen, aktivitas-aktivitas pembelajarannya otomatis sesuai dengan tujuannya. Biasanya memang demikian, tetapi tidak selalu. Kemudian penyesuaian aktivitas dengan tujuan. Kesimpulan akhir menegaskan pentingnya mengecek kembali kesesuaian antara aktivitas dan tujuan. Bahwa dengan pengecekan terakhir ini dapat mengidentifikasi aktivitas-aktivitas pembelajaran yang tidak berkaitan atau kurang berkaitan dengan tujuan-tujuan unit pelajarannya. Kita harus mengetahui fungsi aktivitas-aktivitas pembelajaran dalam unit pelajaran sangat penting untuk menentukan aktivitas-aktivitas yang sepertinya tidak relevan tetapi memiliki fungsi-fungsi khusus yang tidak tergambar dalam Tabel Taksonomi.

Kometar akhir adalah bahwa kerangka pikir yang bermanfaat bagi guru ialah kerangka pikir yang memudahkan mereka menerjemahkan tujuan-tujuan yang abstrak jadi strategi-strategi pengajaran dan kemudian jadi aktivitas-aktivitas pembelajaran konkret yang membantu siswa mencapai tujuan-tujuan tersebut. Ciri penting dari Handbook ini adalah penggunaan format tes pilihan ganda secara ekstensif untuk setiap kategori taksonomi. Semua kerangka pikir, termasuk taksonomi pendidikan ini, merupakan abstraksi realitas dan menyederhanakan realitas untuk memudahkan kita memahami keteraturan dibalik realitas tersebut. Namun, taksonomi pendidikan ini menjadi sebuah perkecualianlangka dan masih banyak bagian dari Handbook ini yang perlu dipertahankan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar