Judul
buku : Pengembangan Model
Pembelajaran Inovatif Melalui Pendekatan In House Training Kearifan Budaya Lokal
Penulis : Muniroh Munawar, Agung Prasetyo, Ratna Wahyu Pusari
RINGKASAN
A
|
wal kehidupan anak
merupakan masa yang paling tepat dalam memberikan dorongan ataupun upaya
pengembangan agar anak dapat berkembang secara optimal. Akan tetapi, pada
kenyataannya kesadaran dan kepedulian terhadap pendidikan sejak dini masih
menyisakan banyak persoalan. Berbagai masalah tersebut antara lain: PAUD yang
belum merata ke setiap pelosok dan penjuru daerah; komitmen dan kebijakan
operasional pemerintah yang tidak
sinergis; pengetahuan dan kesadaran orangtua tentang PAUD masih kurang;
keterlibatan masyarakat yang rendah dalam penyelenggaraan PAUD; dan pengelolaan
PAUD yang belum profesional.
Pembelajaran adalah
proses interaksi anak didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar (Depdiknas – UU Sisdiknas, 2003: 4). Pembelajaran menurut
behaviorisme adalah upaya pendidik untuk membantu anak didik melakukan kegiatan
belajar sehingga menghasilkan perubahan perilaku pada anak didik (Tulus Tu’u,
2004: 64). Dari definisi tersebut, jika dihubungkan dengan pendidikan usia dini
maka kita dapat
mengatakan bahwa
pembelajaran merupakan proses interaksi anak usia dini dengan guru dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar untuk membantu membimbing anak belajar
dengan baik sesuai dengan tahap perkembangnnya sehingga menghasilkan perubahan
tingkah laku menjadi lebih baik. Pembelajaran di PAUD pada dasarnya menerapkan
esensi bermain karena bermain merupakan dunia kerja anak usia prasekolah.
Menurut Anggani Sudono (2000:1) bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan
dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau
memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada
anak.
Pembelajaran inovatif
merupakan bentuk pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan dapat
memfasilitasi perkembangan dan kebutuhan anak khususnya di Paud. Pembelajaran
inovatif menghindari pembelajaran konvensional yang masih seringkali terjadi
pada praktik pembelajaran di sekolah, dimana guru masih mendominasi atau
sebagai pusat dari kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran inovatif di Paud
memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut : 1). Inovatif pada materi /
kegiatan, 2). Inovatif pada metode, 3). Inovatif pada alat peraga.
Banyak istilah yang
digunakan untuk menunjukkan pendidikan/pelatihan yang diperuntukkan untuk para
guru sebagai bentuk pengembangan personil. Istilah-istilah tersebut antara in-house
training, in-service training, in-service education, up-grading. Hidari
Nawawi (1983: 113), memberikan pengertian in-service training sebagai
usaha meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam bidang tertentu
sesuai dengan tugasnya, agar dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas
dalam melakukan tugas-tugas tersebut. Lebih lanjut dikemukakannya bahwa program
in-service training ini diperlukan banyak guru-guru muda yang belum
dapat pengalaman dan bekal yang cukup dalam menghadapi pekerjaannya.
Sementara itu, Bernadin dan Russel
(1993) mengemukakan bahwa proses dasar kegiatan pelatihan ini meliputi:
penilaian kebutuhan, pengembangan dan evaluasi. Secara lebih rinci hal-hal yang
harus diperhatikan dalam merancang suatu program pelatihan dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1) Kebutuhan
nyata akan pelatihan
2) Perumusan
tujuan pelatihan
3) Pemilihan
strategi dan metode pelatihan, ada beberapa metode yang lazim digunakan dalam
pelatihan, diantaranya: (a) Latihan dilapangan; (b) Simulasi; (c) Metode kasus;
(d) Latihan mandiri; (e) Seminar;
4) Penyusunan
komposisi silabus
5) Pembiayaan
program latihan; dan
6) Evaluasi
program penataran /pelatihan.
Dalam pembelajaran anak usia dini,
tema berfungsi untuk menyatukan isi kurikulum dalam dalam satu perencanaan yang
utuh (holistik), memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik, membuat
pembelajaran lebih bermakna dan membantu anak mengenal berbagai konsep secara
mudah dan jelas. Jadi tema merupakan aktualisasi konsep minat anak yang
dijadikan fokus perencanaan atau titik awal perencanaan dalam proses
pembelajaran. Untuk menyaipkan pembelajaran berbasis kearifan budaya lokal maka
tema yang dipilih untuk dikembangkan di PAUD disesuaikan dengan kondisi daerah
masing-masing. Pemilihan tema di PAUD hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut :
1) Kedekatan : tema hendaknya
dipilih dimulai dari tema yang terdekat dengan kehidupan anak kepada tema yang
semakin jauh dari kehidupan anak. Contoh tema-tema di atas secara umum sudah
disusun dari hal yang terdekat dengan anak (tema “diri sendiri” ) sampai hal
yang terjauh tema (tema “alam semesta”) tetapi secara khusus, kondisi setiap
kabupaten/kota di indonesia beragam (tidak sama)
2) Kesederhanaan : tema hendaknya
dipilih mulai dari tema-tema yang sederhana kepada tema-tema yang lebih rumit
bagi anak. Apabila contoh tema-tema diatas masih terlalu rumit dan luas, guru
dapat menentukan tema yang lebih sederhana agar tema dapat lebih efektif dan
fokus.
3) Kemenarikan: tema hendaknya
dipilih mulai dari tema-tema yang menarik minat anak kepada tema-tema yang
kurang menarik minat anak. Tema-tema tertentu dapat dibuat lebih menarik dan
dibedakan antara tema TK kelompok A dan TK kelompok B, agar anak didik tertarik
dan tidak akan membosankan anak karena pengulangan tema yang sama dengan sub
tema yang sama.
4)
Keinsidentalan : peristiwa atau kejadian di sekitar anak (sekolah) yang terjadi
pada saat pembelajaran berlangsung hendaknya dimasukkan dalam pembelajaran
walaupun tidak sesuai dengan tema yang dipilih pada hari itu. Keisnsidentalan
peristiwa perayaan yang ada disekitar anak juga dapat di angkat menjadi tema
atau sub tema. Sesuatu yang insidental dapat diangkat menjadi sub tema
“perayaan atau special event” dan masuk ke setiap tema yang sudah ada,
tujuannya agar anak mendapat pengalaman yang bermakna pada peristiwa khusus
walaupun hanya beberapa hari atau satu minggu.
Pada asesmen awal penelitian
tindakan “Pengembangan Model Pembelajaran Inovatif melalui Pendekatan In House
Training Berbasis Kearifan Budaya Lokal”, diperoleh data kuantitatif dari
rating scale yang diisi oleh peneliti. Peneliti mengumpulkan dokumen
perencanaan, merefleksi dokumen tersebut dan mengisi rating scale sesuai dengan
kondisi dokumen-dokumen perencanaan yang ada. Dari deskripsi data asesmen awal
dapat diketahui bahwa kemampuan kader pos paud masih sangat rendah dalam
merancang pembelajaran inovatif berbasis kearifan budaya lokal, oleh karena itu
pada siklus I, peneliti membuat perencanaan dengan memberikan materi in
house training yang sesuai dengan kebutuhan guru yaitu pembelajaran
inovatif khususnya materi kegiatan pembelajaran dan APE yang inovatif di paud.
Berdasarkan
analisis komponen tersebut dapat dianalisis tema sebagai berikut: Pendidik/Kader
dalam merancang pembelajaran di Pos PAUD belum memahami keterpaduan antara tema
pembelajaran yang dipilih – indikator – materi – kegiatan – media pembelajaran
sebagaimana sesuai dengan prinsip pendekatan
pembelajaran terpadu (tematik); dan materi – kegiatan – media (APE) yang
dipilih belum mengembangkan kearifan budaya lokal.
Pada siklus II ini, para kader pos
paud diajak kembali merancang model pembelajaran yang inovatif yang sesuai
dengan kurikulum berbasis kearifan lokal melalui kegiatan in house training dengan
memberi materi mengenai model pembelajaran tematik berbasis kearifan budaya
local. Setelah mendapatkan materi, pendidik/kader mencoba membuat perencanaan
pembelajaran kembali untuk selanjutnya dilakukan analisis komponen. Berdasarkan
analisis komponen tersebut dapat dianalisis tema sebagai berikut:
Pendidik/Kader dalam merancang pembelajaran di Pos PAUD sudah memahami
keterpaduan antara tema pembelajaran yang dipilih – indikator – materi –
kegiatan – media pembelajaran sebagaimana sesuai dengan prinsip pendekatan
pembelajaran terpadu (tematik); dan materi – kegiatan – media (APE) yang
dipilih sudah mengembangkan kearifan budaya lokal.
Selanjutnya,
dokumen perencanaan yang dibuat pendidik pada siklus II dianalisis kuantitatif
dengan rating scale untuk mengetahui kondisi akhir kemampuan pendidik
dalam merancang model pembelajaran inovatif berbasis kearifan budaya lokal.
Secara keseluruhan total nilai asesmen awal dan akhir dibandingkan untuk
mengetahui peningkatan kemampuan guru dari asesmen awal s.d asesmen akhir. Jika
pada siklus I (asesmen awal) diketahui bahwa kemampuan guru dalam merancang
model pembelajaran inovatif berbasis kearifan budaya lokal mempunyai nilai
rata-rata antara 1 s.d 1,9. Sedangkan pada siklus II mempunyai nilai rata-rata
antara 2,7 s.d 3,6. Hasil nilai rata-rata tersebut menunjukkan bahwa adanya
peningkatan kemampuan guru dalam merancang model pembelajaran inovatif berbasis
kearifan budaya lokal melalui pendekatan in house training.
Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa adanya meningkatkan kompetensi tutor/pendidik paud dalam
merancang model pembelajaran yang inovatif berbasis kearifan budaya lokal,
yaitu jika pada siklus I (asesmen awal) mempunyai nilai rata-rata antara 1 s.d
1,9 sedangkan pada siklus II mempunyai nilai rata-rata antara 2,7 s.d 3,6.
Hasil nilai rata-rata tersebut menunjukkan bahwa adanya peningkatan kemampuan
guru dalam merancang model pembelajaran inovatif berbasis kearifan budaya lokal
melalui pendekatan in house training. Peningkatan kemampuan pendidik
tersebut secara kualitatif dapat dideskripsikan sebagai berikut: a). Pendidik
sudah menentukan tema pembelajaran yang sesuai potensi lokal; b). Tema-tema
yang dipilih sudah berbasis kearifan budaya lokal; c) Adanya kesesuaian antara
indikator dengan materi pembelajaran; d) Adanya kesesuaian antara tema dengan
kegiatan pembelajaran; e) Adanya keterpaduan antara materi pembelajaran dengan
kegiatan pembelajaran yang dilakukan anak; f) Media pembelajaran (APE) sudah
memanfaatkan potensi budaya lokal.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar